SLI – School of Life Institute (SLI) berkolaborasi dengan FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia) di Taiwan menyelenggarakan Scientific Forum 2021 dengan tema The Miracle of Stem Cell Against Covid-19. Acara ini dilaksanakan pada 7 agustus 2021 jam 19.15 WIB dengan peserta yang hadir lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai kalangan profesional medis (dokter spesialis, profesor), juga mahasiswa dari berbagai kampus serta institusi rumah sakit swasta maupun non swasta.

Acara webinar kali ini diisi oleh pembicara Prof. Jeanne Adiwinata Pawitan, MS, PhD seorang Guru Besar Histologi di FKUI dengan tema The miracle of Stem Cell Against Covid-19, sementara materi kedua dibawakan oleh dr. Dito Anurogo, M. Sc yang sedang menempuh S3 di IPCTRM Taipei Medical University Taiwan bertema The miracle of CAR-T Cell Therapy.

Acara webinar ini diawali dengan mendapat sambutan dari Prof. dr. Taruna Ikrar, M.D., M.Biomed, Ph.D seorang ilmuwan Biomedis dan Neuroscience bertaraf internasional yang juga ketua dari Indonesia Medical Council yang telah dilantik oleh Presiden RI Periode 2020-2025.

Sementara Menteri Riset Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro, pada kesempatan itu menyebutkan, Mesenchymal Stem Cell (MSC) yang tengah dikembangkan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, dapat memberi terapi kepada penderita Covid-19 khususnya kategori gejala berat, terapi stem cell (terapi punca) ini mampu menjadi pelengkap terapi yang sudah ada seperti terapi plasma konvalesen yang dinyatakan efektif untuk penderita ringan dan sedang.

“Keajaiban sel punca dapat melawan covid-19. Berdasarkan data kematian akibat covid yang dirawat di rumah sakit, angka kematian pasien usia 20-59 tahun di Jakarta mencapai 3-22% sedangkan presentase kematian tertinggi mengidap pasien anak yang di rawat di RSCM dengan presentase mencapai 40 persen,” ujarnya.

Prof. Jeanne menyebutkan bahwa saat ini belum ada terapi untuk covid-19 yang benar-benar tepat, maka dari itu sel punca diharapkan dapat digunakan untuk membantu mengatur respon imun, dan memperbaiki jaringan yang rusak yang nantinya dapat berguna sebagai terapi untuk pasien covid-19.

Apa itu Sel Punca atau Stem Cell?

“Sel punca adalah sel yang memiliki dua ciri utama yaitu mempunyai kemampuan self renewal dan berkemampuan untuk berdiferensiasi/differentiation. Sel punca dapat dikembangkan dan dapat dirubah menjadi sel yang dibutuhkan untuk menggantikan sel yang rusak atau mati. Sel punca alami dapat berasal dari embrio dan sel punca dewasa dapat berasal dari berbagai sumber seperti jaringan yang mudah di akses seperti sumsum tulang, plasenta/tali pusar, danlain-lain,” jelas Prof Jeanne.

Seorang pasien Covid-19 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo telah sembuh berkat terapi sel punca (stem cell). Kepada pasien itu diberikan infusi intravena sel punca mesenkimal asal tali pusat sejumlah 65 juta sel. Pasien tersebut merupakan pasien pertama dari uji klinis pada 20 Mei lalu dengan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beserta tim dari RSUI, RSUP Persahabatan, dan RSPI Sulianti Saroso.

Pembicara selanjutnya memaparkan tentang imunoterapi berbasis CAR-T cells oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc, yang merupakan Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar mengatakan, imunoterapi atau terapi yang memperkuat sistem imun tubuh menjadi salah satu andalan baru dalam pengobatan kanker.

“Salah satu jenis imunoterapi yang terbaru ialah chimeric antigen receptor T-cell immunotherapy (CAR-T). Car-T cell mulai diteliti dan digunakan pada tahun 1989 sampai sekarang. Penggunaan sel T CAR juga masih berada dalam studi uji klinis dan masih jauh dari sempurna walaupun demikian, kedepannya terapi CAR-T sel dapat menjadi salah satu jenis imunoterapi pada kanker yang sangat menjanjikan,” katanya.

Terapi CAR-T ini memodifikasi sel yang terkena kanker agar bisa melawan kanker di dalam tubuh dengan sendirinya dan lebih baik. ZiYi, Dokter ahli Hematologi atau Penyakit Darah tersebut menerangkan, terapi CAR-T dilakukan dengan mengambil sel imun pasien melalui alat serupa alat dialisis. “Sel itu lalu dimodifikasi di dalam laboratorium dan dikembalikan ke dalam tubuh pasien,” katanya.

Modifikasi itu dimaksudkan untuk mengubah sel agar dapat mengenali dan melawan sel kanker dalam tubuh. “Umumnya, sel kanker yang mengganas terjadi karena sel imun dalam tubuh tidak mengenali sel tersebut,” katanya.

(Penulis: Dwiarti Rahma Utami, Disupervisi oleh: dr. Dito Anurogo, M.Sc)